Posted by : Unknown Selasa, 02 Mei 2017

Perbedaan Budaya Indonesia dan Budaya Amerika

Ada beberapa hal yang menarik buat dibandingin dari budaya Indonesia dan budaya Amerika, karena mungkin secara garis bujur kita bertolak belakang mungkin karena itu juga kita punya budaya yang bertolak belakang biarpun dalam beberapa hal ada yang sama.
Diantara perbedaan kebudayaan yang ada antara Indonesia dengan Amerika seperti berikut :

1. Indonesian lebih menyukai makan nasi, Amerika menyukai makan       roti dan kentang.
Yups, kalo buat kita orang Indonesia nasi adalah hal yang paling utama, malah     buat sebagian orang ada yang bilang belum makan kalo belum makan nasi             hahaha , tapi ya itulah kenyataan yang sering kita dengar, Namun orang                 amerika justru lebih menyukai makan roti atau kentang, mereka makan nasi           putih seperti kita hanya kadang- kadang saja.

2. Indonesian love cigarette and little bit of alcohol, American love             alcohol and little bit of cigarette
Mungkin pertama kedengerannya aneh, tapi sebenernya emang begitu kenyataannya. Rasanya hampir semua temen saya di Indonesia ngerokok terutama yang cowok, dan mereka tidak begitu menyukai minuman beralkohol, apa lagi Indonesia sebagian besar beragama muslim yang jelas- jelas minuman beralkohol itu kharam hukumnya. Kalo di Amerika minuman alcohol ibarat kata sudah menjadi minuman khas sehari- hari mereka, dalam setiap acara pasti ada hidangan berupa minuman beralkohol. Namun mereka tidak begitu menyukai rokok, di Amerika jarang sekali orang- orang yang merokok sperti di Indonesia.

3. Indonesian love jeroan, American love pork / babi.

Mungkin yang satu ini gak valid 100% banget karena gak semua orang Indonesia suka jeroan, tapi ya poinnya disini adalah dua2nya itu makanan yang sangat tidak sehat tapi sangat enak, namun untuk orang Indonesia yang muslim, babi itu sangat amat dilarang dan haram hukumnya, maka dari itu di Indonesia babi kkurang begitu diminati.
Kebalikan dari kebiasaan orang Indonesia, orang di Amerika justru babi adalah daging santapan khas mereka sehari- hari, karena mereka sebagian besar non muslim tentunya, jadi tak ada larangan buat mereka makan babi.

4. Etika dalam bergaul di America terlalu bebas, Di Indonesia selalu          mengedepan kan etika dan moral.

Yang ini bener banget, diAmerika jika bertemu dengan teman atau orang lain selalu di sambut dengan ciuman maupun pelukan, itu sudah menjadi kebiasaan yang sudah tidak asing lagi meskipun mereka itu bukan mukhrim. Kalo di Indonesia salaman dengan lawan jenis saja yang bukan mukhrimnya itu bisa menjadi fitnah. Di Indonesia perempuan benar- benar menjaga dirinya dari hal- hal buruk. Contohnya : wanita Indonesia mengenakan pakaian yang menutup aurat sehingga terbebas dari pandangan lelaki, berbeda dengan perempuan di Amerika yang suka mengenakan pakaian terbuka untuk menampilkan keseksian tubuhnya. Dan mereka juga lebih berani memamerkan foto- foto yang fulgar.

4. Terhadap sesuatu yang Baru.
Orang indonesia kalau ada sesuatu yang baru, belum puas kalau            belum sampai memilikinya, makanya nggak heran kalau orang     Indonesia banyak yang konsumtive, punya handphone gonta –  ganti, bahkan ada yang koleksi HP, mobil tiap tahun gonta-ganti,           hanya karena nggak mau ketinggalan model. Berbeda dengan     orang Barat Barat kalau ada sesuatu yang baru, tidak serta       merta keblinger pengen tahu dan pengen memiliki atau     memakainya , hanya sekedar tahu saja
.
5. Waktu


Orang Indonesia terkenal kurang menghargai waktu kalau ada janji kadang tidak tepat waktu. Berbeda dengan orang Amerika,  mereka sangat menghargai waktu, sebab mereka paling enggak suka kalau janji jam karet alias telat waktu.
Maka dari itu untuk menghindari budaya- budaya barat yang kurang baik untuk di terapkan di Indonesia maka kita sebagai warna Negara harus bisa memilah –milah mana yang baik dan mana yang buruk agar budaya Indonesia tidak terkontaminasi dengan budaya luar yang kurang baik.
Modernitas di Indonesia semakin lama semakin kuat kita rasakan. Nggak hanya dalam hal hiburan dan teknologi aja, hal-hal intangible seperti gaya hidup dan cara berpikir dan keefisienan kita dalam bekerja pun semakin lama semakin blend in dengan kebiasaan belahan dunia lain. Is this a bad thing? Nggak juga. Bila kita melipir sebentar dari perdebatan tradisi yang semakin luntur, misalnya, ada banyak manfaat yang kita peroleh dari pergeseran ini. Salah satunya adalah kita jadi lebih terbuka dan open minded terhadap ide-ide baru dan perbedaan.
Bagi sebagian orang, kita mulai kebarat-baratan, namun kalau diteliti benar, nggak sedikit perbedaan budaya yang masih kental yang memisahkan kita dari warga dunia barat. Budaya di sini maksudnya bukan kesenian atau tari-tarian, melainkan soal value yang berujung pada penghargaan kita terhadap orang lain. Ambil contoh perbedaan budaya Indonesia dengan Amerika. Apa saja yang jelas kentara?

Waiter bukan pekerjaan bawahan

Di Indonesia: Terserah mau ngaku atau enggak, tapi seringkali, kalau mau jujur, kita menganggap waiter atau pelayan restoran kelasnya ada di bawah kita yang bekerja di kantor, mungkin di gedung yang tinggi, dengan klien-klien internasional. Dalam hati seringkali kita menganggap waiter nggak beda dengan asisten rumah tangga yang bisa kita suruh mengerjakan apa saja demi kepuasan hati merasa dilayani.

Di Amerika: Adalah keterlaluan bila memperlakukan waiter tidak ‘selevel’ dengan kita. Pertama, kita nggak semestinya memanggil waiter di resto karena akan dianggap rude. Kedua, kalau ingin melihat menu, kita harus menunggu dan waiter akan datang ke meja kita. Begitu juga saat ingin memesan makanan dan mendapatkan bill. Memang ini ada hubungannya dengan customer service mereka yang baik. Setiap meja punya satu waiter yang didedikasikan untuknya dan mereka akan sangat attentive dan menanyakan apa kita membutuhkan tambahan sesuatu setiap 5-10 menit. Intinya lupakan perasaan superior bahwa mereka adalah pelayan kita. Di Amerika dan di banyak negara di Eropa (atau di negara-negara Barat), waiter adalah orang yang akan membantu kita mendapatkan makanan atau minuman dan seperti kita memperlakukan sesama manusia, mereka berhak atas respect dari kita.


Pejalan kaki adalah raja

Di Indonesia: Let’s be honest, di sini, nasib pejalan kaki nggak terlalu mujur. Nggak hanya nggak punya trotoar yang bebas dari pedagang kaki lima dan motor-motor yang pengemudinya nggak sekolah, saat kita menyetir dan lampu baru berubah dari kuning ke merah, kadang kita nekat ‘nyempet-nyempetin’ untuk terus maju, tanpa memperhatikan bahwa mungkin ada pejalan kaki yang sudah siap menyebrang. (Tentu ini bicara pejalan kaki yang taat aturan ya, yang menyebrang pada tempatnya. Yang nggak taat aturan nggak usah dibahas, panjang pasti ceritanya!)

Di Amerika: Pejalan kaki adalah raja. Ketika mobil kita berbelok dan ada pejalan kaki yang sudah bersiap menyebrang, mereka ‘boleh’ marah sama kita. Mereka boleh protes dan akan membuat kita merasa malu karena tidak memperhatikan jalan atau bersikap arogan. Bahkan di beberapa jalan, ada zebra cross khusus di mana begitu di salah satu ujung jalan ada orang yang menginjakkan 1 kaki saja di zebra cross tersebut (belum nyebrang ya, baru naro kaki doang :D), mobil sudah harus berhenti.


Time is money so stop basa-basi


Di Indonesia: Saya tau kita nggak bermaksud buruk dengan berbasa-basi. Malah tujuannya baik, kita mau menghormati orang lain, makanya kita meluangkan banyak waktu untuk ice breaking saat baru ketemu orang, lalu meluangkan waktu saat menyampaikan kabar kurang sedap (baca: ngomong muter-muter biar lawan bicara nggak tersinggung), lalu meluangkan banyak waktu lagi saat berpamitan (bener loh, coba perhatiin, saat berkunjung ke rumah keluarga atau teman, atau bahkan ke kantor klien, pamitannya bisa 15 menit sendiri!).

Di Amerika: Warga Amerika punya cara menghormati orang lain dengan cara yang berbeda, yaitu dengan tidak menghabiskan waktu mereka. It’s true. Especially in big cities like New York or Los Angeles, it’s rude to waste people’s time. Langsung aja bilang butuh apa dan mereka akan bantu dengan segera. Time efficiency sangat penting buat mereka.

Lalu, mana yang lebih baik? Ini bukan soal budaya Barat lebih baik dari budaya Timur dan sebaliknya. Setiap budaya dan tradisi berasal dari histori. Tapi nggak ada salahnya selain meniru cara berpakaian dan mengekspresikan diri, kita adopsi juga hal-hal baik dari belahan dunia lain ini. The question is, are we ready?


sumber:https://tarismuliatua007.wordpress.com/2013/05/12/perbedaan-                            budaya-indonesia-dan-budaya-amerika/
             :http://www.reesays.com/perbedaan-budaya-indonesia-vs-amerika/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Blog Dewi Santi - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -